Skip to main content

MAKALAH PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)
k10.jpg  k11.jpg
Sungai di Italia
k12.jpg
Sungai di Indonesia


DISUSUN OLEH
INDRI HANDAYANI
XI IPA3












SMA NEGERI 24 BANDUNG
JALAN AH. NASUTION NO 27 BANDUNG


KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah Subhanahuwataala. Selawat dan salam kita kirimkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Sallallahualaihiwasallam, karena atas hidayah-Nyalah makalah ini diselesaikan.
Makalah ini penulis sampaikan kepada pembina mata pelajaran PLH sebagai salah satu syarat kelulusan mata pelajaran tersebut. Tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada Ibu yang telah berjasa membantu terselesaikannya makalah ini.
Penulis memohon kepada Ibu guru khususnya, umumnya para pembaca barang kali menemukan kesalahan atau kekurangan dalam makalah ini, baik dari segi bahasanya maupun isinya harap maklum. Selain itu, penulis mengharapkan keritik dan saran yang bersifat membangun kepada semua pembaca demi lebih baiknya karya-karya tulis yang akan datang.











 



DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………………………….. ……….….i
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………………………….ii
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………………………………….. ……………......1
1.1.Latar belakang………………………………………………………………………………………. .1
BAB II   PEMBAHASAN……………………………………………………………………………….2
  1. Definisi DAS…………………………………………………………………………………….2
  2. Contoh DAS………………………………………………..…………………………..3
BAB III KESIMPULAN……………………………………………………………………………… .9
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………………………………………10



BAB I
Pendahuluan
  1. A.     Latar Belakang
Banyaknya lahan-lahan yang berfungsi sebagai areal resapan terutama di kota-kota yang padat penduduk, telah menimbulkan dampak yang cukup signifikan, yakni banjir. Hal ini terjadi karena kapasitas air yang datang pada saat hujan tidak seimbang dengan kemampuan tanah didalam menyerap atau menampung air, yang disebabkan berkurangnya areal-areal resapan.
Penyebab lain adalah keterbukaan areal baik untuk diambil kayunya, maupun untuk areal pertanian, pertambangan dan lain-lain. Areal yang terbuka mempercepat laju run off (aliran permukaan). Dalam suatu DAS Daerah Aliran Sungai, hidrologi (tata air) yang rusak dapat dilihat dari kejernihan air sungai wilayah DAS tersebut, jika air berwarna keruh, pada saat hujan, maka dapat dipastikan secara fakta lapangan kondisi DAS wilayah tersebut telah rusak, artinya banyak areal yang terbuka. Fakta yang terjadi adalah banjir dan kekeringan yang ekstrim karena tidak adanya keseimbangan alam, sehingga keberadaan sumberdaya hutan yang ada pada kawasan DAS perlu dipertahankan (Sahid, 2007).
Menurut data dari Departemen Kehutanan dalam Buku Indikasi Kawasan Hutan dan Lahan yang perlu dilakukan Rehabilitasi tahun 2003, luas areal (di dalam dan di luar kawasan) yang perlu direhabilitasi adalah 96,6 juta ha. Bisa dipastikan pada tahun 2007 luas wilayah tersebut bertambah, karena tidak seimbangnya antara laju deforestasi dengan luasan rehabilitasi.




BAB II
Pembahasan
  1. 1.                  Definisi DAS
Dari makna kata wetlands (inggris) adalah lahan basah. Wetlands merupakan areal transisi antara lahan kering dan wilayah perairan seperti danau, rawa, paya, sungai dan pantai. Tidak semua lahan basah yang selalu berair atau tergenang sepanjang tahun (CTI, 2007). Menurut Departemen Kehutanan 2003, Daerah Aliran Sungai adalah wilayah tangkapan air mulai dari hulu sampai dengan hilir yang merupakan satu kesatuan tata air sebagai penyangga kehidupan yang utu h.
The Conservation Tecnology Information, memberikan definisi Daerah Aliran Sungai adalah suatu areal dari lahan, yang saluran­salurannya menuju ke danau atau sungai.
Daerah aliran sungai (DAS) adalah suatu daerah yang dibatasi (dikelilingi) oleh garis ketinggian dimana setiap air yang jatuh di permukaan tanah akan dialirkan melalui satu outlet, (Andi 2002).
DAS merupakan suatu gabungan sejumlah sumberdaya darat, yang saling berkaitan dalam suatu hubungan saling tindak (interaction) atau saling tukar (interchange). DAS dapat disebut suatu sistem dan tiap-tiap sumberdaya penyusunnya menjadi anak­sistemnya (subsystem), atau anasirnya (component). Kalau kita menerima DAS sebagai suatu sistem maka ini berarti, bahwa sifat dan kelakuan DAS ditentukan bersama oleh sifat dan kelakuan semua anasirnya secara terpadu.
Sumberdaya darat yang menjadi anasir DAS ialah iklim, atau lebih tepat disebut iklim hayati (bioclimate), timbulan, geologi, atau sumberdaya mineral, tanah, air (air permukaan dan air tanah), tetumbuhan (flora), satwa (fauna), manusia, dan berbagi sumberdaya budaya, seperti sawah, ladang, kebun,hutan budaya dsb. Kehadiran tanah dan wataknya ditimbulkan oleh faktor-faktor iklim, tetumbuhan, timbulan dan geologi (untuk sementara waktu tidak diperhatikan dalam pembicaraan tentang DAS, karena kedudukannya yang universal). Timbulan dapat berdaya atas iklim hayati setempat, berupa penggantian (change) agihan cacak (vertical distribution) suhu udara, agihan tempat (spatial distribution) curah hujan, jumlah lengas mempen (effective moisture) dan lama waktu penerimaan sinar matahari. Sebaliknya, iklim dan geologi menentukan corak timbulan destruksional. Tanah dan timbulan menguasai keadaan hidrologi permukaan, keadaan vegetasi dan keadaan sumberdaya budaya. Iklim ikut mengendalikan keadaan vegetasi dan sumberdaya budaya. Iklim ikut mengendalikan keadaan vegetasi dan sumberdaya budaya.
Dalam pengantar telah disebutkan, bahwa DAS mempunyai batas alamiah yang jelas. Lengkaplah sudah ciri-ciri penting bagi penunjukan DAS sebagai suatu sistem. Iklim dapat dibagi lebih jauh menjadi iklim mikro, meso dan mikro atau iklim tanah. Tanah dapat ditinjau dari pertanian, teknik, bahan baku bangunan (bata, genting) atau kerajinan (barang-barang tembikar). Air terpilahkan menjadi air permukaan (sungai, danau), lengas tanah (biasanya tercakup dalam pembicaraan mengenai sumberdaya tanah) dan air tanah. Dalam penggunannya, air dapat ditinjau dari segi pertanian, rumah tangga, industri, sumber energi kinetik yang dapat dialihrupakan menjadi energi mekanik atau listrik, dan prasarana perhubungan serta pengangkutan. Sumberdaya hayati dapat dimanfaatkan untuk sumber nutfah dalam usaha menciptakan bibit tanaman atau ternak unggul, bahan baku obat­obatan, cagar alam, sumber bahan bakar, bahan bangunan atau bahan industriatau bahan kerajinan, atau sebagai pengasri atau pelindung lingkungan hidup. Manusia dapat ditilik dari segi pengadaan tenaga kerja, pengembangan ilmu pengetahuan, keterampilan, kerajinan dan kesenian, kewiraswastaan dan sumber peradapan (agama, hukum, adat istiadat, pandangan hidup).
Dari uraian diatas jelaslah, bahwa DAS merupakan suatu sistem sumberdaya darat yang bergatra ganda dan dapat dimanfaatkan ke berbagai jurusan. Tiap-tiap sumberdaya yang menjadi anasir DAS memerlukan penanganan yang berbeda-beda, tergantung pada watak, kelakuan dan kegunaan masing-masing. Sebagai watak dan kelakuan suatu anasir DAS terbawa dari asal usulnya dan sebagian yang lain diperolehnya dari proses saling tindak (interaction) dengan anasir yang lain dari DAS yang bersangkutan. Misalnya, jumlah cadangan hara tumbuhan dalam tanah, yang menentukan kesuburan potensial tanah untuk pertanian, berasal dari bahan induk tanah (anasir geologi).


Gambar Daerah Aliran Sungai-Sungai di Indonesia
1.      DAS di Bogor
k1.jpg
Bogor (ANTARA News) - Dari 458 Daerah Aliran Sungai (DAS) di Indonesia, 60 di antaranya dalam kondisi kritis berat, 222 kritis, dan 176 lainnya berpotensi krisis akibat alih fungsi lahan yang membuat penyangga lingkungan itu tidak berfungsi optimal.
2.       DAS di Sungai Ciliwung 
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjkB9k6uD4lbTqeWxzBEzajeaqJFhzIgjC73CfjU_EBRkTJNkOtHrL8GxhCPj0lJmbh_rE11rz_4l0ABkx4E4FIv51GNKwnQM8lsIjddLrsMeLJDw_7R6N93wmtQBCeMlg8JOvlbjFKhfAK/s1600/Citarum-River-Indonesia-300x240.jpg
Banjir, Pencemaran air, pencemaran tanah, pencemaran udara, adalah dampak yang timbul di masyarakat, khususnya yang berada di daerah pinggir kali. Di kota besar seperti jakarta, buang sampah ke sungai mungkin seperti telah menjadi budaya, sampah menumpuk di mana - mana, kota menjadi terlihat kumuh dan kotor. daya tarik jakarta sebagai pusat perekonomian menjanjikan lapangan pekerjaan yang banyak, juga meningkatkan ledakan penduduk akibat urbanisasi. Ini menjadi kebudayaan buruk masyarakat indonesia.



3.      DAS di Daerah bogor

k2.jpg
Bencana DAS di Bogor, Sabtu (2/1).

4.       DAS setelah Longsor dan Banjir

k3.jpg



5.      DAS di Cikapundung
k5.JPGk4.JPG
6.      DAS di  sungai Perlis
k6.JPG
Daerah aliran sungai ini masih terjaga asri. Denai Larian Sungai Perlis sejauh 6 km ini merupakan denai larian yang sering digunakan oleh orang awam untuk aktiviti rekreasi seperti berjogging, bersenam, bersiar-siar, refleksologi dan lain-lain.

Kawasan rekreasi ini turut menyediakan pelbagai kemudahan kepada para pengujung seperti trek jogging, titi gantung, tempat refleksologi, taman permainan kanak-kanak, gazebo, wakaf, 'outdoor gym', chalet, surau, tandas awam dan sebagainya.



7.      DAS di
k7.jpg
SOLO – Ratusan sungai mengalir di Indonesia. Tapi sayangnya, pengelolaan daerah aliran sungai (DAS) yang tidak padu membuat wajah bantaran sungai semrawut dan kumuh. Padahal, jika dikelola dengan sinergis, banyak potensi yang bisa dikembangkan dari DAS ini.

Masalah pengelolaan DAS itulah yang diulik dosen Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, AL Sentot Sudarwanto dalam disertasinya yang berjudul  "Peranan Hukum Dalam Merevitalisasi Kelembagaan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai untuk Mewujudkan Pelestarian Fungsi Lingkungan Hidup." Menurut Sentot, saat ini DAS Bengawan Solo sudah dalam kondisi kritis. Namun, peraturan perundang-undangan yang ada tidaklah mengatur pengeloaan DAS ini secara harmonis. Sayang, ya?

Sentot mencontohkan, pengelolaan DAS Bengawan Solo belum padu karena belum adanya kesinkronan dalam aspek hukum ini. Di sisi lain, institusi pemerintah yang seharusnya bersatu mengelola DAS justru lebih mementingkan ego sektoral masing-masing.




8.       DAS di sungai KAPUAS
k8.jpg
ungai Kapuas atau sungai batang Lawai (Laue) merupakan sungai yang berada di Kalimantan Barat. Sungai ini merupakan sungai terpanjang di Indonesia dengan panjang total 1.143 km.
Sungai ini merupakan rumah dari lebih 300 jenis ikan.

Belakangan ini sungai ini tercemar berat, akibat aktivitas penambangan emas di sungai ini. Walaupun telah mengalami pencemaran Sungai Kapuas tetap menjadi urat nadi bagi kehidupan masyarakat di sepanjang aliran sungai ini. Sebagai sarana transportasi yang murah, Sungai Kapuas dapat menghubungkan daerah satu ke daerah lain di wilayah Kalimantan Barat. Dan selain itu juga merupakan sumber matapencaharian untuk menambah penghasilan keluarga dengan menjadi penangkap ikan. Sosial Budaya masyarakat Sungai Kapuas perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengingat pesatnya kemajuan teknologi dan informasi dapat memengaruhi pola berpikir masyarakat di sekitar aliran sungai Kapuas.
Nama Sungai Kapuas juga terdapat di Kalimantan Tengah, tepatnya di Kabupaten Kapuas. Sungai ini membentang sepanjang kurang lebih 600 km, dari kecamatan Kapuas Hulu sampai kecamatan Selat. Daerah sekitar sungai merupakan habitat beragam jenis burung hutan seperti Kuntul (Egretta garzetta), 9 spesies elang, 4 spesies burung walet, Burung Raja Udang (Pelargopsis capensis), Enggang Badak (Anthracoceros malayanus) dan lainnya; yang mungkin Anda temui jika beruntung.




Pengelolaan DAS bertujuan untuk:
  • Mengkonservasi tanah pada lahan pertanian.
  • Memanen/menyimpan kelebihan air pada musim hujan dan memanfaatkannya pada musim kemarau.
  • Memacu usahatani berkelanjutan dan menstabilkan hasil panen melalui perbaikan pengelolaan sistem pertanian.
  • Memperbaiki keseimbangan ekologi (hubungan tata air hulu dengan hilir, kualitas air, kualitas dan kemampuan lahan, dan keanekaragaman hayati).
  
BAB III
KESIMPULAN
DAS merupakan suatu gabungan sejumlah sumberdaya darat, yang saling berkaitan dalam suatu hubungan saling tindak (interaction) atau saling tukar (interchange). Pengelolaan DAS tidak lain daripada kegiatan penata-gunaan lahan dalam ruang lingkup DAS. Maka dari itu pengelolaan DAS selalu akan melibatkan manusia dengan manusia dengan kecakapannya mengalihkan teknologi menjadi teknologi tepat-guna dan ketrampilannya menjabarkan teknologi menjadi sejumlah peranti teknik (technical devides) yang mempan.
            Daerah aliran sungai merupaka daerah yang rawan erosi, mak dari itu perlu pengelolaan akan Das tersebut.



DAFTAR PUSTAKA
  • Notohadiprawiro. T. Jurnal Pengelolaan Daerrah Aliran Sungai Dan Program Penghijauan. Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian UGM
  • Razak. A. Makalah Peranan Lahan Basah (WESTLAND) Dalam Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS). Program Pasca Sarjana / S2 – Program Studi Manjemen Konservasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Comments

Popular Posts